Masa abu-abu adalah masa
peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Konon ceritanya masa abu-abu adalah
masa masa paling indah. Masa metamorfosis yang penuh dengan suka cita. Begitu
pula bagi tiga manusia langka ini.
Persahabatan mereka dimulai sejak
mereka menduduki kelas sebelas. Mereka dipertemukan disudut suatu bangunan
berwarna hijau. Sebut saja Dinda, Riski, dan Evan.
Dinda dan riski bisa diibaratkan
layaknya lem dan perangko, susah terpisahkan. Dimana ada Dinda disitu ada Riski,
begitu pula sebaliknya. Sedangkan evan adalah orang pertama yang menyapa Riski di
sudut ruang itu. Nampaknya Riski masih teringat betul betapa noraknya gaya Evan
waktu itu. Sungguh, 180 derajat dari sekarang. Dulu Evan menghampiri Riski dengan
kacamata jadul ala tahun 60-an, celana diatas pusar, dan seragam yang
dikancingkan bagian kancing atasnya. Bisa dibayangkan sendiri betapa
menjijikkan penampilannya.
Mereka menjalani hari-harinya
dengan paket komplit suka dan duka. Tawa dan tangis itu tak dapat dipisahkan.
Mereka termasuk geng paling lola (loading lama) kalau diajak berbincang tentang
hal yang diluar mata pelajaran. Beruntunglah ada Evan yang jauh lebih mengerti
bila dibandingkan dengan Dinda dan Riski. Jadi, peran Evan sangat penting untuk
menutupi kepolosan dua sahabatnya ini.
Tapi eh tapi, ada yang aneh dalam
persahabatan mereka. Evan lebih sering berbincang-bincang dengan Riski dibanding
dengan Dinda.
Mungkin Evan takut dengan Dinda.
Takut dinda mengeluarkan ilmu-ilmu eksaknya untuk mematahkan pendapat evan.
Oh iya, mereka bertiga punya
keahlian di bidang masing-masing. Riski lebih bahagia berkutat dengan sinus
cosinus dalam matematika, evan lebih mendalami ilmu-ilmu biologi, sedangkan
dinda yang selalu sibuk dengan senyawa senyawa kimia di laboratorium. Dengan
segala perbedaan yang melingkupi mereka, mereka tetap satu. Satu kelompok yang
disegani banyak orang. Mungkin teman teman takut dengan jurus jurus ampuh
mereka atau mungkin wajah mereka terlalu serius sehingga terlihat bak harimau
yang akan menerkam mangsanya.
Di balik sisi serius mereka,
ternyata mereka semua memiliki bakat terpendam sebagai seorang pelawak.ya,
Walau dinda termasuk pelawak yang garing.
Kembali ke cerita keanehan evan
dan dinda deh. Memang intensitas evan dan dinda bercengkrama itu sangat kecil.
Entah apa yang membatasi mereka. Evan nampaknya selalu gugup ketika harus
berhadapan dengan dinda. Apakah dinda sangat menyeramkan ? Tentu tidak. Ada
alasan lain yang kita semua tak mengerti. Hanya sang empunya yang mengerti.
Bersambung. . . .
No comments:
Post a Comment