Dipenghujung subuh ini aku
merindukannya, merindukan suaranya. Ketika saat itu jiwa dan raganya masih
menyatu pada dunia fana ini, dimana kala itu ia tak lelah
membangunkan tubuh ini untuk menghadap bersujud pada sang maha pencipta, meski
terkadang berat untuk turun dari ranjang, dengan langkah
yang tak karuan ia memeluk tubuh ini, dan mengatakan dengan
penuh kasih sayang semakin shubuh kamu bangun maka semakin nikmat rasa hidup
yang kau rasakan.
Namun kali ini benar-benar begitu
menyakitkan ketika saat Jumat aku harus mengingatnya dimana kala itu jiwa dan
raganya tak lagi menyatu, tubuh nya yang sedikit rengkuh tak
dapat melihat kebilik empunya tubuh ini, hanya terbujur
kaku tak bergerak, suara beratnya tak lagi terdengar memanggil sebutan yang
selalu di ucapkannya, ia hanya diam memejamkan matanya diatas ranjang, tangan
besarnya tak lagi dapat menahan langkah yang ketika terbangun masih tak karuan, ia
hanya melipat tangan diatas dadanya tanpa melakukan gerakan apapun, sungguh
menyakitkan melihatnya kala itu, ingin membangunkannya seolah percuma ia
hanya dapat mendengar teriakan itu ditempat lain, berusaha
bertanya padanya namun seolah sia-sia, ia tetap kukuh pada kenyataannya, ia
hanya diam tanpa berkata. Ya Rabb begitu merindukannya raga ini pada sosok itu.
Tuhan apa dia tidak pernah merasakan betapa
singkat kenangan ku bersamanya, apa dia tidak pernah berfikir kalau selama ia hidup
saya belum sempat buat dia bahagia, apa saya sanggup membuat dia bahagia
disaat ia tak lagi ada disini, kemana ia pergi? Apakah ia disurga mu
tuhan? Apakah
ia bersama mu? Kenapa ia jauh meninggalkan ku tuhan
disaat tubuh ini membutuhkan rangkulan dan semangat darinya. Terkadang mereka
membuat saya iri, ini semua salahnya tuhan, ia pergi meninggalkan
saya disaat saya baru akan membahagikannya pelan-pelan, dan sekarang
saya harus mengalami kepiluan yang dalam, tertawa dibalik
kesedihan yang tak terobati, mencoba menghibur diri dengan
bertingkah seperti orang lain, yang bahkan saya sendiri tidak mengenal
siapa saya. Andai pahala ini memiliki point yang lebih tinggi dan kau
tuhan mengirimkan malaikat pencabut nyawa ini dengan sekejap. Hamba lebih siap
untuk lebih mendahului mereka yang ingin tetap hidup didunia ini mungkin resiko
itu tetap ada.
Bahkan seolah saya ingin membalas
dendam semua ini dengan apa yang saya rasakan, semoga mereka
merasakannya. Tidak bermaksud membuat mereka terluka, hanya berbagi kesedihan
kepada mereka. Cukup tuhan, apakah hamba harus mengulang kenangan buruk yang meninggalkan
kewajiban hamba sebagai umat mu yang tak sempurna ini?
No comments:
Post a Comment