Wednesday, 18 June 2014

Dia Tak Salah


Dipenghujung subuh ini aku merindukannya, merindukan suaranya. Ketika saat itu jiwa dan raganya masih menyatu pada dunia fana ini, dimana kala itu ia tak lelah membangunkan tubuh ini untuk menghadap bersujud pada sang maha pencipta, meski terkadang berat untuk turun dari ranjang, dengan langkah yang tak karuan ia memeluk tubuh ini, dan mengatakan dengan penuh kasih sayang semakin shubuh kamu bangun maka semakin nikmat rasa hidup yang kau rasakan.

Namun kali ini benar-benar begitu menyakitkan ketika saat Jumat aku harus mengingatnya dimana kala itu jiwa dan raganya tak lagi menyatu, tubuh nya yang sedikit rengkuh tak dapat melihat kebilik empunya tubuh ini, hanya terbujur kaku tak bergerak, suara beratnya tak lagi terdengar memanggil sebutan yang selalu di ucapkannya, ia hanya diam memejamkan matanya diatas ranjang, tangan besarnya tak lagi dapat menahan langkah yang ketika terbangun masih tak karuan, ia hanya melipat tangan diatas dadanya tanpa melakukan gerakan apapun, sungguh menyakitkan melihatnya kala itu, ingin membangunkannya seolah percuma ia hanya dapat mendengar teriakan itu ditempat lain, berusaha bertanya padanya namun seolah sia-sia, ia tetap kukuh pada kenyataannya, ia hanya diam tanpa berkata. Ya Rabb begitu merindukannya raga ini pada sosok itu.

Tuhan apa dia tidak pernah merasakan betapa singkat kenangan ku bersamanya, apa dia tidak pernah berfikir kalau selama ia hidup saya belum sempat buat dia bahagia, apa saya sanggup membuat dia bahagia disaat ia tak lagi ada disini, kemana ia pergi? Apakah ia disurga mu tuhan? Apakah ia bersama mu? Kenapa ia jauh meninggalkan ku tuhan disaat tubuh ini membutuhkan rangkulan dan semangat darinya. Terkadang mereka membuat saya iri, ini semua salahnya tuhan, ia pergi meninggalkan saya disaat saya baru akan membahagikannya pelan-pelan, dan sekarang saya harus mengalami kepiluan yang dalam, tertawa dibalik kesedihan yang tak terobati, mencoba menghibur diri dengan bertingkah seperti orang lain, yang bahkan saya sendiri tidak mengenal siapa saya. Andai pahala ini memiliki point yang lebih tinggi dan kau tuhan mengirimkan malaikat pencabut nyawa ini dengan sekejap. Hamba lebih siap untuk lebih mendahului mereka yang ingin tetap hidup didunia ini mungkin resiko itu tetap ada.

Bahkan seolah saya ingin membalas dendam semua ini dengan apa yang saya rasakan, semoga mereka merasakannya. Tidak bermaksud membuat mereka terluka, hanya berbagi kesedihan kepada mereka. Cukup tuhan, apakah hamba harus mengulang kenangan buruk yang meninggalkan kewajiban hamba sebagai umat mu yang tak sempurna ini?


No comments:

Post a Comment