Friday, 13 June 2014

Cinta yang Terpendam #Part2

Suatu malam, Dinda sedang berkutat dengan jejaring sosialnya. Maklum karena hanya menunggu terima ijazah dan wisuda. Mereka semua telah dinyatakan lulus dan berhak melanjutkan ke jenjang selanjutnya yakni bangku kuliah. Tiba tiba Evan mengirim sebuah pesan untuk Dinda.
"Hai Dinda J ", sapa Evan.
"Iya Van. Ada apa ?", balasan dari Dinda.
Entah apa yang terjadi, pesan itu tak kunjung dibalas oleh Evan. Beberapa saat kemudian Riski memulai obrolan dengan Dinda.
"Din, Evan kenapa ? Kamu apain dia ?", isi pesan Riski yang membuat Dinda kaget.
"Aku ? Evan ? Ada apa ?", jawab Dinda bingung.
"Dia bahagia banget Din, dia sebut sebut nama kamu terus", ujar riski.
"Memangnya aku berbuat apa ?", Dinda semakin tak mengerti
"Suatu saat kamu akan mengetahuinya", balasan Riski malam itu.
Dinda memutuskan untuk tidak melanjutkan perbincangannya di jejaring sosial tersebut.
Nampaknya hal itu tidak menyita perhatian Dinda. Malam itu berlalu begitu saja.
Tibalah saat yang dinanti, yaitu wisuda madya. Momen dimana mereka dilepas oleh pihak sekolah dan diamanahkan untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya dengan tetap mempertahankan dan meningkatkan prestasi.
Evan, Riski, dan Dinda tidak duduk bersebelahan. Karena nomor urut mereka tidak berurutan tapi diselingi satu teman mereka.
"Van, mau ngomong nggak ? Atau aku yang ngomong?", tanya riski ditengah kesibukan  berfoto-foto dengan teman seperjuangan.
"Jangan mbak bro", ucap Evan perlahan
Dinda hanya menyaksikan mereka berbincang tanpa mengerti kemana arah pembicaraan mereka.
"Dinda, aku mau ngomong sesuatu", ucap Riski perlahan ditengah keramaian.
"Apa mbak bro? Sok serius banget kamu ih", Dinda merespon kalem.
"Tau nggak kenapa evan selama ini jarang ngobrol sama kamu, bahkan gugup pas lagi deket sama kamu ?", tanya riski.
"Enggak", jawab Dinda dengan kepolosannya.
"Dasar manusia paling nggak peka, dia tuh suka sama kamu Din", ujar Riski sedikit kesal.
"Hah", satu kata terucap dari bibir Dinda
"Dia lebih memilih menyimpannya karena perasahabatan kita", jelas Riski
"Great! Amazing sekali", jawab Dinda singkat.
"Mana Evan?", tambahnya di sela waktu
"Evan pulang sama papanya", jawab Riski lirih
"Yaaaaa.." ucap Dinda.
Dinda tak menyangka seorang Evan bisa menaruh rasa pada dirinya. Dan yang lebih mengejutkan adalah ketika semuanya terungkap dimomen wisuda. Hal yang sama telah Dinda alami sewaktu SMP. Mungkin Dinda sudah biasa, karena memang iya tahu bahwa ada seseorang yang menaruh rasa lebih padanya selalu dikala perpisahan itu. Entah mengapa itu semua terjadi untuk kesekiankalinya. Mungkinkah Dinda terlalu tidak peka ataukah memang sengaja ia atau siapaun itu yang menyimpan rasa tak ingin mengungkapkannya. Rahasia illahi yang belum terjawab hingga saat ini.

Sesungguhnya seorang sahabat itu lebih memiliki arti.


No comments:

Post a Comment