Banjir terimakasih sudah memberikan banyak pelajaran

12.01 am

Jam segitu aku baru nyampe kosan. Tau dari mana? Dari rumah adek asuh. Rumahnya kebanjiran dan ini baru pertama kalinya aku bergelut langsung dengan yang namanya banjir.

Jadi ceritanya Kota Bogor yang katanya Kota hujan dan emang lagi musim penghujan  juga tadi sore di gugur hujan. Deres banget, disertai kilatan cahaya di langit plus suara petir yang luar biasa.. #ini beneran lo..

Sekitar jam 10 malem, seorang teman yang berinisial AU memberikan jarkoman di grup organisasi yang aku geluti, inti pengumumannya itu rumah salah seorang adik asuh kebanjiran. Dan air nya sampai sedada aku, lah itu sekitar satu meter kali dah. Itu jarkoman awalnya buat para ikhwan, karna udah jam akhwat jadi akhwat ga boleh gentayangan lagi.

Ditunggu beberapa saat, kok ga ada yang balas atau komentar gt yaaa. Ya udah aku putusin buat kesana deh, sebelum kesana aku hubungin temen yang ngasih jarkoman tadi. Ngasih tau plus minta izin sekalian ngajakin kesana.. Secara dia wakil penanggung jawab organisasi, ya harus laporan dulu dong yaaa.

Sampai nya dirumah adik asuh, aku langsung diam dan ngomong sendiri,  "ini seriusan banjir". Oh ya allah, aku baru pertama kalinya masuk banjir lo, ngeliat langsung aja baru dua kali. Secara dirumah alhamdulillah belum pernah kebanjiran air, pernah nya kebanjiran asap dari Riau dan Palembang.

Ya udah karena udah nyampe disana aku bantu beres-beres deh, sembari ngehubungin temen-temen yang lain biar nyusulin. Ah, MasyaAllah bau lumpur nya luar biasa. Bikin aku mabok. Kalau megang lumpur nya aku ga jijik, tapi bau nya itu yang ga kuat. Tapi aku ga boleh keliatan lemah dong, terus aja bantu beres-beres. Sampai akhirnya lumpur nya udah di keluarin dari rumah dan rumahnya udah di bilas. Tapi tetep aja air di depan rumahnya belum surut.

Udah ceritanya gitu aja, mau bobo dulu. Intinya malam ini aku dapet pengalaman luar biasa, masuk banjir.

Pelajaran yang bisa di ambil, kita harus lebih peka sama orang lain yaaaa. Bisa jadi suatu saat kita yang ngalamin.

Ga perlu pake judul, pengen nulis doang

Selasa, 27 Oktober 2015

Ketika kamu minjem catetan sama temen mu, dia bilang ga bawa. Ketinggalan. Ga taunya tanpa sengaja kamu liat catetan itu ada di tas dia. Dia bawa. Ga mungkin dia ga liat di tasnya sendiri. Buku gede begitu. Apa yang kamu rasain? Sakit ga? Sakit lah dibohongi sama temen deket sendiri. Apa aku doang yang berlebihan? Merasa sakit sendiri. Apa dia ga mau minjemin ya? Wah bisa jadi bisa jadi.  Hahaha. Tapi kalau ga mau minjemin mah jujur aja. Aku ga bakal maksa kamu buat minjemin kok. :) :) 😁😁😁

Lupakan sajalah. Emang ga ada yang bisa aku percaya disini. Percaya sama diri sendiri aja lah ya.

Ayo semangat untuk uts nya, jangan mikirin yang ga perlu dipikirin lagi.

Entahlah #3

Entahlah. Kenapa sih kamu ga bisa sedikit aja mengalah dari aku? Egois banget. Hubungan pertemanan juga ga bakal awet kalau kaya gini. Kamu egois kenapa? Karena kamu anak pertama jadi mempunyai egois yang tinggi? Karena kamu pintar? Atau karena kamu cantik?

Aku (masih) tidak suka ketika kamu menyebut namanya (lagi). Entah kapan aku bisa menerima kenyataannya. Aku bingung apa kamunya yang tidak peka atau aku yang terlalu berlebihan. Andai aku punya sedikit keberanian, mungkin sudah aku utarakan langsung.

Entahlah #2

Entahlah, lagi-lagi sikapnya membuatku sakit :(

Entahlah #1

Aku pengen menulis (lagi). "Menulis apa?" Entahlah, begitu banyak yang tak bisa kutuliskan 😥

Untuk hari ini, dicukupkan sampai disini dulu saja.

Rindu Manis

Lima tahun sudah,  terakhir kali bertemu denganmu. Mengingat-ingat cerita lalu yang sebetulnya ingin sekali untuk dilupakan. Tak banyak yang diungkapkan kala itu karena memang kita berada di jalan yang berbeda. Tapi aku merasa ada sesuatu yang hilang selama  penantian itu. Sesuatu yang mungkin dulu ada rasa kepada dirimu. Rasa yang aku saja tak menginginkan untuk tersampaikan karena tahu kita berada dijalan yang berbeda dan mungkin engkau tak merasakannya. Cukuplah bagiku sebatas mengagumi dirimu seorang. Bukankah tak lebih indah mengagumi orang dari pada mencintainya. 

            Lepas terakhir kita berjumpa, sedikit demi sedikit rasa itu mulai pudar digerus waktu. Aku terlalu sibuk mengejar impianku sampai aku lupa tentang rasa terhadap dirimu. Sekali waktu rasa itu menyelinap masuk dalam mimpi manis  dan kemudian terhapus sirna begitu saja. Tak banyak memikirkanmu dari pada saat-saat kita masih bertemu. Hanya sedikit asa engkau dalam kesibukanmu memikirkan tentang diriku walaupun tak akan mungkin terjadi. Ketika lima tahun tak bertemu kemudian sebuah rindu manis muncul dari sepucuk surat, sedikit menanyakan kabar baik atau buruk. Bagiku itu sebuah harapan, bahkan lebih besar. Bagaimana tidak, sejalan lambat laun tak sering memikirkan rasa itu, engkau muncul dengan sebuah surat rindu. Terlalu berlebihan mungkin menyebut itu adalah sebuah surat rindu ataukah hanya surat menanyakan kabar belaka. Tetap itu adalah sebuah angin segar di tengah teriknya kemarau tandus tiada henti. Banyak yang berubah memang, terlihat jelas dari setiap kata yang kau tulis dalam sepucuk surat rindu itu. Bagaimanapun juga, rasa yang dulu pudar kembali sedikit muncul. 

            Inilah  yang kurasakan selama lima tahun itu. Berharap kita dapat bertemu dan dengan memberanikan diri aku mengungkapkan segala rasa. Itulah yang kuharapkan. Masa bodoh engkau tak menghiraukan. Aku hanya ingin rasa yang terpendam cukup dalam ini sesegera mungkin tersampaikan. Tak ingin menjadi sebuah kenyataan pahit dan menggerogoti perasaan hati. Dan kuucapkan sedikit lantang, aku mengagumimu.